THE CULTURAL NEGOTIATION OF BEING SHIA AND MADURESE

How It Can be Reconciled?

  • Abdus Sair Sosiologi, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya
  • Yelly Elanda Sosiologi, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya
Abstract views: 414 , PDF downloads: 261
Keywords: Cultural negotiation; Shia; Madurese

Abstract

The life of the Sampang Shia community in the refugee camps remains regretful. They are considered a heretical sect by the Indonesian Council of Religious Scholars (MUI), expelled and face complex social problems. Various policies have been attempted, but have not had an impact. This article aims at explaining the reasons for the emergence of discrimination and expulsion of the Sampang Shia community and how they negotiated as a hated Shia minority as well as a “good” Madurese community. Can they be reconciled? This article was written based on field research using a qualitative method with a narrative approach. The data were obtained by conducting in-depth interviews with leaders or figures as well as Shia refugees in the refugee camps. This article shows that the Shia community of Sampang was expelled because of a deviant discourse produced by the MUI. Meanwhile, their negotiation as Shia they hate is to remain a good Madurese; obey the kiai, continue to speak Madurese, continue to work as a cultural spirit, and continue to live life while looking for a cultural way back.

[Kehidupan masyarakat Syiah Sampang di kamp pengungsian tetap disesalkan. Mereka dianggap aliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), diusir dan menghadapi masalah sosial yang kompleks. Berbagai kebijakan telah diupayakan, namun belum berdampak. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan alasan munculnya diskriminasi dan pengusiran komunitas Syiah Sampang dan bagaimana mereka bernegosiasi sebagai minoritas Syiah yang dibenci sekaligus komunitas Madura yang “baik”. Bisakah mereka berdamai? Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dengan tokoh atau tokoh serta pengungsi Syiah di tempat pengungsian. Artikel ini menunjukkan bahwa komunitas Syiah Sampang diusir karena wacana menyimpang yang dihasilkan oleh MUI. Sedangkan negosiasi mereka sebagai Syiah yang mereka benci adalah tetap menjadi orang Madura yang baik; taat pada kiai, terus berbahasa Madura, terus berkarya sebagai spirit budaya, dan terus menjalani kehidupan sambil mencari jalan kebudayaan untuk kembali]

Downloads

Download data is not yet available.

References

Affan, Heyder. “Mungkinkah rekonsiliasi di Sampang?” BBC, August, 1, 2013, https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/08/130731_lapsus_syiah_sidoarjo_rekonsiliasi

Andi. “Komunitas Syiah Sampang 7 Tahun di Pengungsian, Noda Hitam di Kening Negeri Toleran.” Ahlul Bait Indonesia, August, 27, 2019, https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/index.php/s13-berita/komunitas-syiah-sampang-7-tahun-di-pengungsian-noda-hitam-di-kening-negeri-toleran.

Anonymous. “Tajul Muluk Beserta 274 Pengikut Syiah Resmi Berikrar Kembali ke Aswaja.” Duta, November, 5, 2020, https://duta.co/tajul-muluk-beserta-274-pengikut-syiah-resmi-berikrar-kembali-ke-aswaja

Burhani, Ahmad Najib. When Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and the Discourse on Heresy in Indonesia. Dissertation, University of California, Santa Barbara, 2013.

Cresswell, John W. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Dewan Pimpinan MUI Jatim. Fatwa dan Keputusan MUI tentang Ajaran Syiah. Surabaya: MUI Jawa Timur, 2012.

Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Media. Yogyakarta: LKiS, 2011.

Gunawan, Ade Mas Satrio. Politik Perlawanan Pengungsi Syiah Sampang di Jemundo dalam Pemenuhan Hak Sipil dan Politik. Thesis, Universitas Airlangga, Surabaya, 2012.

Hasbullah, Jousairi. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta: United Press, 2006.

Kuntowijoyo. Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura. Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002.

Lumbanrau, Raja Eben. “Pengungsi Syiah Sampang Mencari Jalan Pulang: Siap Dibaiat sebagai Suni, Kisah Tajul Muluk dan Pengikutnya, 'Diasingkan, Dipenjara' Bertahun-tahun tanpa Kepastian.” BBC, November, 2, 2020, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54550916

Masykuri, Romel et. al. Di Balik Dinding Rununawa: Mengungkap Pengalaman Komunitas Syiah Sampang di Pengungsian. Yogyakarta: Penerbit Sulur, 2018.

Meij, Lim Sing. Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa: Sebuah Kajian Pascakolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.

Munawaroh, Mundiroh Lailatul. Penyelesaian Konflik Sunni-Syiah di Sampang Madura. Thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2014.

Pamungkas, Cahyo. Mereka yang Terusir. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2017.

Pamungkas, Cahyo. “Mencari Bentuk Rekonsiliasi Intra-Agama: Analisis terhadap Pengungsi Syiah Sampang dan Ahmadiyah Mataram.” Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 13 (1): 114-147, https://doi.org/10.21274/epis.2018.13.1.113-147.

Pamungkas, Cahyo. “Social Resilience of Religious Minority Group: Study on Syiah Refugees in Sidoarjo and Ahmadiyah Refugees in Mataram.” Ulumuna: Journal of Islamic Studies, 19 (2): 251-278, https://doi.org/10.20414/ujis.v19i2.418.

Panggabean, Rizal. “Mungkinkah Rekonsiliasi di Sampang?” CSPS Universitas Gadjah Mada, March, 17, 2017, https://csps.ugm.ac.id/2017/03/17/mungkinkah-rekonsiliasi-di-sampang-2/

Pujianto, Eko. “Pengungsi Syiah Dapat Sertifikat Tanah dari Gubernur Khofifah.” Indonesia Inside, February, 2, 2021, https://indonesiainside.id/news/nusantara/2021/02/02/pengungsi-syiah-dapat-sertifikat-tanah-dari-gubernur-khofifah.

Romadon, Mokh Hariyadi Eko. Negara dan Kekerasan pada Tragedi Gerakan Tiga Puluh September (G-30 S): Studi Memoria Passionis Perempuan Eks Tapol 1965. Dissertation, Universitas Airlangga, Surabaya, 2012.

Ritzer, George and Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Taufiqurrahman. “Identitas Budaya Madura.” KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, XI (1) 3, https://doi.org/10.19105/karsa.v11i1.143.

Wiyata, A. Latief. Madura yang Patuh: Kajian Antropologi Mengenai Budaya Madura. Jakarta: CERIC-FISIP UI, 2003.

Yuswadi, Hary. Melawan Demi Kesejahteraan. Jember: Kompyawisda JATIM, 2005.

Interviews:

Hamamah, Interview, December, 14, 2017.

Syaiful, Interview, December 14, 2017.

Tajul Muluk, Interview, December, 4, 2017.

Published
2021-06-28
How to Cite
Sair, Abdus, and Yelly Elanda. 2021. “THE CULTURAL NEGOTIATION OF BEING SHIA AND MADURESE: How It Can Be Reconciled?”. Islamuna: Jurnal Studi Islam 8 (1). Pamekasan, Indonesia, 40-59. https://doi.org/10.19105/islamuna.v8i1.4300.
Section
Articles