Stratifikasi Sosial Ondhâg Bâsa Bahasa Madura

  • Mulyadi Mulyadi Institut Agama Islam Negeri Madura
  • Umar Bukhory Institut Agama Islam Negeri Madura
Abstract views: 1797 , PDF downloads: 938
Keywords: Madurese language, Ondhâg Bâsa, Madurese Language Stratification, Middle Class

Abstract

Bahasa Madura, sebagai bahasa, mengalami kepadatan linguistik dan non-linguistik. Namun harus bersaing dengan bahasa nasional dan internasional untuk bertahan hidup sebagai lingua franca. Secara bertahap ditinggalkan oleh penuturnya karena kompleksitas morfologis, prestise, dan praktik komunikasi. Fenomena ini menginspirasi penulis untuk melakukan studi bagaimana penutur Madura menerima bahasa mereka sendiri dan harus menyelidiki karakteristik sosial penutur. Kelas menengah adalah salah satu stratifikasi sosial yang cenderung lebih fleksibel dalam menolak dan mengambil budaya baru dan bahasa adalah bagian dari budaya. Penulis memfokuskan penelitian tentang bagaimana kelas menengah Pamekasan melakukan Madura Ondhâg Bâsa dan bagaimana kelas menengah Pamekasan menerima Ondhâg Bâsa. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan fenomenologi dalam pendekatan. Hasil penelitian: pertama, kelas menengah Pamekasan sebagian besar menggunakan stratifikasi Madura tingkat rendah, bâsa mabâ, dipertukarkan dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari alih-alih mempraktikkan stratifikasi tingkat Madura yang lebih tinggi menengah (bása alos) dan tingkat tinggi (bâsa tèngghi). Situasi bahasa ini mudah ditemukan pada percakapan antara pasangan suami-istri, anak-anak dan orang tua, saudara kandung, lingkungan baik dalam situasi formal dan non-formal. Kedua, dari temuan ini dapat secara interpretatif dijelaskan bahwa Ondhâg Bâsa Madura diterima dengan cara-cara berikut: sebagai ungkapan keadilan, strategi kesopanan, strategi ice breaking, pernyataan posisi, percepatan prestise, dan strategi ekonomi.

 

(Madurese, as language, experience linguistic and non-linguistic densities. It must compete to national and international languages to survive as lingua franca; it is gradually left by its speakers due to its morphological complexity, prestige, and communication practice. This inspires to conduct a study how the Madurese speaker accept their own language and must also investigate the social characteristics of the speakers. Middle class is one of the social stratifications that tend to be more flexible in rejecting and taking new culture and language is part of culture. The writer focuses the research on how middle class of Pamekasan perform Madurese Ondhâg Bâsa and how middle class of Pamekasan accept Ondhâg Bâsa. Qualitative design and phenomenology in approach of this research. The result: firstly, the middle class of Pamekasan mostly use the low level of Madurese stratification, bâsa mabâ, interchangeably with Indonesian in daily conversation instead of practice the higher level of Madurese stratification middle (bâsa alos) and high level (bâsa tèngghi). Secondly, from this finding it could be interpretatively described that Madurese Ondhâg Bâsaare accepted in the following ways: as the expression of equity, strategy of politeness, strategy of ice breaking, statement of position, prestige acceleration, and economic strategy.)

 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adian, D. G. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David Hume sampai Thomas Kuhn. Jakarta: Penerbit Teraju. 2002.

BK, P. Bangkitmya Kebhinekaan Dunia Linguistik dan Pendidikan. Jakarta: Meaga Media Abadi. 2000.

Creswell, J. W. Research Design: Qualitative and Quantitative Aprroaches. California: Sage Publication. 1994.

Crystal, D. A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. 2008.

Dick, H. The Rise of a Middle Class and the Changing Concept of Equity in Indonesia: An Interpretation. Indonesia 39, 71-92. 1985.

Duranti, A. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press. 1997.

Gramsci, A. Culture and Ideological Hegemony. In J. C. Alexander, & S. Seidman. Culture and Society, contemporary debates (pp. 47-54). Cambridge: Cambrideg University Press. 1990.

Gumperz, J. J. Introduction to Part IV: The Social Matrix, Culture, Praxis, and Discourse. In J. J. Gumperz, & S. C. Levinson, Rethinking Linguistic Relativity (pp. 359-373). Cambridge: Cambridge University Press. 1996.

Hall, J. K. Teaching and Researching Language and Culture. London;New York: Longman. 2002.

Hardiman, F. B. Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik & Postmodernisme Menurut Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius. 1993.

Heryanto, A. Berjangkitnya Bahasa-Bangsa di Indoensia. Prisma 1. 1989.

Kadarisman, A. E. Mengurai Bahasa Menyimak Budaya. Malang: UIN Maliki Press. 2010.

Koiri, M. Stratifikasi Sosial dan Pemilihan Bahasa, Studi Kasus Masyarakat Jawa di perumahan Kota Baru Driyorejo Gresik. Surabaya: Universitas Airlangga Press. 2005.

Kutwa. Berbahasa Madura yang Baik dan Benar Serta Urgensi Bahasa Madura dalam Kurikulum Sekolah. Kongres Budaya Madura (p. 4). Sumenep: -. 2007.

Latief, Y., & Ibrahim, I. S. Bahasa dan kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. In Y. Latief, & I. S. Ibrahim, Bahasa dan Kekuasaan (p. 19). Bandung: Penerbit Mizan. 1996.

Latif, Y., & Ibrahim, I. S. Bahasa dan Kekuasaan Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan Pustaka: Kronik Indonesia Baru. 1996.

Maulidin. Sketsa Hermeneutika. Jurnal Gerbang, V(14), 14. 2003.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. Qualitative Data Analysis: An Expanded Source Book (Second ed.). California: Sage Production. 1994.

Oetomo, D. Bahasa Indoensia dan Kelas Menengah Indonesia. In Y. Latif, & I. S. Ibrahim, Bahasa dan Kekuasaan (p. 196). Bandung: Penerbit Mizan. 1996.

Palmer, R. E. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.

Parera, J. D. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1991.

Parera, J. D. Kajian Linguistik Umum: Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Penerbit Erlangga. 1991.

Poespoprodjo, W. Interpretasi, Beberapa Catatan Pendekatan Filsafatinya. Bandung: Remaja Karya. 1987.

Retnowati, T. H., Suharti, & Andayani, R. R. The Maintanance of Javanese Language Level based on Social Stratification. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2014.

Rifai, M. A. Manusia Madura. Yogyakarta: Pilar Media. 2007.

Ritzer, G. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015.

Saussure, F. d. Course in General Linguistics. London: McGraw-Hill Book Company. 1959.

Slobin, D. I. From Thought and Language to Thingking and Speaking. In J. J. Gumperz, & S. C. Levinson, Rethinking Linguistic Relativity (pp. 70-96). Cambridge: Cambridge University Press. 1996.

Soekanto, S. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Subukti, M. Universal Pragmatic: Mempertimbangkan Habermas dalam Penelitian Linguistik. DIALEKTIKA, 111-122. 2015.

Suryadi, M. Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa “NGOKO” dan “KRAMA” pada Ranah Keluarga dan Masyarakat di Kota Semarang dan Kota Pekalongan. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret. 2014.

Suseno, F. M. Dalam Bayangan Lenin, Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2003.

Sutinah, & Norma, S. Stratifikasi Sosial: Unsur, Sifat, dan Perspektif. In J. D. Narwoko, & B. Suyanto, Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan (p. 154). Jakarta: Prenadamedia Group. 2014.

Wahab, A. Isu Linguistik, Pengajaran dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press. 1991.

White, S. K. Political Theory and Postmodernism. Cambridge: Cambridge University Press. 1991.

Wulandari, D. Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Siswi kelas I SDN 2 Trenten Kecamatan Candimulyo Magelang. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 2012.

Published
2019-07-31
Section
Articles