WOMEN'S LEADERSHIP IN MADURA: Analysis of Women's Leadership in Student Organizations at Higher Education in Madura

Abstract

ABSTRACT

This article discusses the perceptions among female students in higher education student organizations in Madura that impact their readiness and self-confidence to become leaders, using a qualitative research methodology analyzed sociologically. The findings of the research conducted show that the readiness and self-confidence of female students in becoming leaders in Madura are inseparable from external factors that shape these perceptions. These factors include the level of support or lack thereof from the family in providing understanding about equal access for men and women to become leaders, the interpretation of religious texts, and the support from the environment. These three factors have a significant impact on the readiness of female students to become leaders. When female students have supportive families who encourage them to become leaders and educate them that religion provides equal opportunities, these students perceive that they are capable of becoming leaders in student organizations. Conversely, if families do not provide support and do not have a flexible interpretation of women's leadership in religion, they assume that women are indeed not worthy and should not be leaders

ABSTRAK

Artikel ini mendiskusikan tentang persepsi di kalangan mahasiswi pada organisasi mahasiswa perguruan tinggi di Madura yang berdampak pada kesiapan dan kepercayaan diri mereka untuk menjadi pemimpin. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang dianalisis secara sosiologi. Adapun temuannya yaitu kesiapan dan kepercayaan diri mahasiswi dalam menjadi pemimpin di Madura tidak terlepas dari faktor eksternal meliputi faktor dukungan keluarga, faktor interpretasi terhadap teks keagamaan, dan faktor dukungan dari lingkungan. Ketiga faktor tersebut sangat berdampak pada kesiapan mahasiswi dalam menjadi pemimpin. Ketika mahasiswi memiliki keluarga yang mendukung dirinya untuk menjadi pemimpin dan mengedukasi bahwa agama memberikan peluang yang sama maka mahasiswi tersebut memiliki persepsi bahwa dirinya mampu menjadi pemimpin ormawa. Sebaliknya jika keluarga tidak memberikan dukungan dan tidak memiliki interpretasi yang luwes terhadap kepemiminan perempuan dalam agama maka menganggap bahwa perempuan memang tidak layak dan tidak boleh untuk menjadi pemimpin.