TRADISI MAWLID DAN KEKUASAAN SIMBOLIK KYAI DI MADURA

  • Moh. Hefni
Abstract views: 276 , pdf downloads: 229

Abstract

Dalam sebuah peradaban tertentu terdapat tradisi besar dan tradisi kecil. Tradisi mawlid dalam kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk di Madura, kadangkala merepresentasikan sebuah tradisi kecil. Di Desa Sumber Gayam Kec. Omben, Sampang, sebagaimana kebanyakan di wilayah Sampang lainnya, peringatan mawlid berlangsung secara meriah. Setiap keluarga merasa “berkewajiban” untuk mengadakan peringatan mawlid secara individual dan mandiri setiap tahunnya. Karenanya, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana konstruksi sosial atas mawlid dilakukan oleh kyai sebagai bentuk kekuasaan simbolik kepada masyarakat Karang Gayam Kec. Omben Sampang sebagai bentuk kekuasaan simbolik kyai? (2) Bagaimanakah respon yang ditunjukkan oleh masyarakat Karang Gayam Kec. Omben Sampang atas kekuasaan simbolik kyai tersebut? Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografis ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu: Pertama, kyai melakukan konstruksi sosial kepada masyarakat dengan cara: (1) Melakukan menafsiran atas teks-teks keagamaan; (2) menghubungkan perayaan mawlid dengan konsep keberkahan harta benda; (3) menekankan pada pentingnya perayaan mawlid secara individual. Kedua, Konstruksi sosial yang dilakukan oleh kyai didasarkan pada modal simbolik, yaitu: (1) posisi kyai sebagai elit sosial; (2) modal Ilmu pengetahuan keagamaan; (3) relasi sosial kyai. Ketiga, respon masyarakat atas konstruksi sosial kyai adalah: (1) menerima konstruksi sosial kyai; (2) menolak konstruksi sosial oleh kyai.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2013-07-05
Section
Articles