Peningkatan pemahaman moderasi beragama bagi takmir masjid dan pengurus majelis taklim dalam menangkal paham radikalisme di Kecamatan Way Ratai Kabupaten Pesawaran

Abstract views: 137 , PDF downloads: 120
Keywords: religious moderation, radicalism, mosque takmir, taklim council management

Abstract

Excessive viewpoints, attitudes and behavior in religion have the potential to make someone go to extremes to feel that they are most righteous, feel most pious and most accepted by God. The effect of such a religious attitude will give birth to exclusivism in thinking, behaving and acting in society. People who do not agree with themselves are considered wrong, illegitimate and out of religion. Respect the red and white musrik flag, and the government as thogut. Such religious thoughts and attitudes still occur widely in society, especially in Wayratai District, Pesawaran Regency. Then several times Densus 88 arrested suspected terrorists from Way Ratai District. Such religious attitudes are irrelevant to the objective conditions of diverse Indonesian society. This community service uses a Participatory Action Research (PAR) approach, starting with a field survey stage, identifying problems in the field, planning activities, implementing activities and ending with evaluation and monitoring. The subjects of service are the chairman of the mosque takmir and chairman of the taklim council in four villages in Wayratai District, Pesawaran Regency, namely Gunungrejo, Ceringin Asri, Kalirejo, and Mulyosari Village. Participants were invited to discuss how dangerous exclusive, radical religious perspectives and attitudes are in a diverse society like Indonesia, closing with the statement that a moderate attitude in religion is the best choice for Indonesian society. As reinforcement for mosque administrators and taklim councils, the service team provided religious moderation sermon books and guidance for taklim assemblies.

[Cara pandang, sikap dan perilaku dalam beragama yang berlebihan berpotensi menjadikan seseorang bersikap ektrim, merasa paling benar sendiri, merasa paling saleh dan paling diterima Tuhan. Efek dari sikap beragama seperti itu akan melahirkan ekseklusivisme dalam berpikir, bersikap dan bertindak di tengah masyarakat. Orang yang tidak sepaham dengan dirinya dianggap salah, tidak sah, bahkan keluar dari agama. Menghormat bendera merah putih dianggap musrik dan pemerintah disamakan dengan thogut. Pemikiran dan sikap beragama seperti itu masih banyak terjadi di masyarakat terutama di Kecamatan Wayratai Kabupaten Pesawaran. Beberapa kali Densus 88 menangkap terduga teroris yang berasal dari Kecamatan Way Ratai. Sikap beragama  demikian tidaklah relevan dengan kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang beragam. Pengabdian masyarakat ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research  (PAR) yakni dimulai dengan tahapan survey ke lapangan, mengidentifikasi permasalahan di lapangan, membuat perencanaan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan diakhiri dengan melakukan evaluasi dan monitoring. Subyek pengabdian adalah ketua takmir masjid dan ketua majelis taklim di empat desa di Kecamatan Wayratai Kabupaten Pesawaran, yakni Gunungrejo, Caringin Asri, Kalirejo, dan Desa Mulyosari. Peserta diajak mendiskusikan betapa bahayanya cara pandang dan sikap beragama yang eksklusif atau radikal di tengah masyarakat yang beragam seperti Indonesia. Diskusi ditutup dengan statement bahwa sikap moderat dalam beragama adalah pilihan terbaik bagi masyarakat Indonesia. Sebagai penguatan bagi para pengurus masjid dan majelis taklim, tim pengabdian meberikan buku khutbah moderasi beragama dan pembinaan majelis taklim.]

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Rosidi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Rosidi adalah dosen di Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Raden Intan Lampung, serta menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang III. Beliau menempuh pendidikan Magister dan Doktoral di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam bidang penelitian, Rosidi berfokus pada kajian Ilmu Dakwah, metode Dakwah, dan pengembangan masyarakat Islam. Selain itu, beliau juga aktif terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat di bidang dakwah dan pembinaan masyarakat Islam.

Umi Aisyah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Umi Aisyah adalah Dosen prodi Bimbingan dan Konseling Islam pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung dan juga selaku sekertaris Prodi Bimbingan dan Konseling Islam. Penulis menempuh pendidikan Sarjana dan Magister pada Prodi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogkarta. Dalam bidang penelitian, penulis fokus pada keilmuan bimbingan dan konseling Islam, Psikoterapi Islam dan kesehatan mental. Selain itu penulis aktif dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang bimbingan dan konseling Islam bagi masyarakat, lembaga, dan pendidikan. Selain itu juga melakukan pengabdian pada masyarakat dalam hal Perlindungan anak, gender dan kasuk-kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak.

References

Abdullah, A. (2016). Gerakan radikalisme dalam Islam: Perspektif historis. Addin, 10(1), 1–28. https://doi.org/10.21043/addin.v10i1.1127

al-Qardhawi, Y. (1989). al-Shahwah al_Islamiyyah Bayna alJuhud wa al-Tatharuf. Kairo: Bank al-Taqwa.

al-Qardhawi, Y. (2001). Al-Sahwah al-Islamiyyah Baina-al-Juhud wa al-Tarruf. Kairo: Bank al-Taqwa

Arsam. (2019). Strategi dakwah takmir masjid dalam menangkal radikalisme agama di Banyumas. TASÂMUH, 17(1), 202–229. https://doi.org/10.20414/tasamuh.v17i1.1164

Basri, J. (2018). Masjid sebagai pusat pendidikan masyarakat. Jurnal NARATAS, 1(1), 22–28. https://doi.org/10.37968/jn.v1i1.11

Cristiana, E. (2021). Implementasi Moderasi Beragama dalam Mencegah Radikalisme. Prosiding Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya, No. 7 Tahun 2021 (pp. 19-28). Palangka Raya: IAHN-TP Palangka Raya.

Fanani, Z. (2003). Radikalisme Keagamaan & Perubahan Sosial. Surakarta: Muhammadiyah, University Press.

Hakim, Z., & Nurasiah, Y. (2023). Moderasi Beragama Berbasis Masjid. HAWARI : Jurnal Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, 3(2), 193–204. https://doi.org/10.35706/hw.v3i2.8716

Halimah, S. (2018). Memangkas paham intoleran dan radikalisme melalui pembelajaran agama Islam yang bervisi rahmatan lil alamin. Al-Makrifat: Jurnal Kajian Islam, 3(2), 130–148.

Kemenag. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Khan, M. W. (2000). Islam Anti Kekerasan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Laisa, E. (2014). Islam dan Radikalisme. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 1(1), 1–18. https://doi.org/10.19105/islamuna.v1i1.554

Lampost. (2018). Densus 88 amankan terduga teroris di Way Ratai. Pesawaran Lampung: 2018.

Lampost. (2019). Kesbangpol pesawaran deteksi dini paham radikal simpatisan ISIS. Lampung: Lampost.

Nugraha, A. Y. (2017). Tema cinta beda suku, adat, ras, dan agama dalam film Tanda Tanya (2011) sebagai wacana pemersatu bangsa. Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, 2(2), 131–162. https://doi.org/10.14421/jkii.v2i2.1083

Rachman, B. M. (2001). Islam Pluralis. Jakarta: Paramadina.

Radar. (2019). Terduga teroris dari Way Ratai di deportasi dari Turki. Lampung: Radar Lampung.

Samho, B. (2022). Urgensi “Moderasi Beragama” untuk mencegah radikalisme di Indonesia. Sapientia Humana: Jurnal Sosial Humaniora, 2(01), 90–111. https://doi.org/10.26593/jsh.v2i01.5688

Saruroh, E. F., Prayoga, W. R., Nurbalqis, S., Fransisca, Y. A., K, E. R., Ayuni, P., … Kamarullazi, K. (2022). Peningkatan nilai Moderasi Beragama melalui kegiatan sosialisasi moderasi beragama di Kampung Mansur Besar Kelurahan Tembeling Tanjung Kabupaten Bintan. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Kepulauan Riau (JPPM Kepri), 2(1), 45–54. https://doi.org/10.35961/jppmkepri.v2i1.324

Solihin. (2021). Religiositas Guru Pendidikan Agama Islam: Antara. Studi Agama dan Sosial, 61-74.

Zakiyah. (2019). Moderasi beragama masyarakat menengah Muslim: Studi terhadap majlis taklim perempuan di Yogyakarta. Harmoni, 18(2), 28–50. https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.392

Published
2024-06-29
Section
Articles