KOMPOLAN: KONTESTASI TRADISI PEREMPUAN MADURA
Abstract views: 377
,
Full Text downloads: 391
Abstract
Abstrak:
Kompolan merupakan bagian tradisi keagamaan yang diisi dengan aktivitas spiritualitas dan ritualitas keagamaan. Aktivitas kompolan ini menjadi media penting bagi transformasi nilai-nilai agama di masyarakat. Aktivitas ini berkembang pesat dan mengakar kuat pada masyarakat Madura, terutama di daerah pedesaan. Sebagai bagian dari realitas sosial keagamaan kompolan pada masyarakat Madura dapat menjadi bagian penting dari legitimasi, justifikasi dan ideologisasi eksistensi keberagamaan mereka. Tulisan ini merupakan ringkasan riset yang dilakukan awal tahun 2000-an di Desa Madu Songennep. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan secara historis kompolan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial yang terjadi pada tahun 1980-sampai awal 1990. Kompolan dalam konteks ini dijadikan agen yang mereproduksi sosial. Kompolan sebagai agen reproduksi sosial ini dimaknai sebagai hasil dari relasi keuasaan yang terjadi antar aktor yaitu relasi antara elite agama dengan peserta kompolan yang dalam prosesnya telah menimbulkan kekerasan simbolik dan kompolan mengambil peran dalam melestarikan bahkan menyebarluaskan dalam bentuk yang simbolik.
Kata kunci:
kompolan, nyai, dan klebun
Abstract:
Kompolan (gathering) becomes a part of religious tradition. It concerns the activity of religious spirituality and rituality. The activities in kompolan are the core media to transform the religious values of society. They are rapdily developed and stronly rooted into Madurese society, particularly in rural area. As a part of religious social reality , kompolan takes important role of legimitation, justification, and idiologization of Madurese people existance. This article higlights the study done at Madu village, Songennep (Sumenep) in 2000. The inertviewees are the member of kompolanand the leader (nyai). It results a finding that historically kompolan cannot be seperated from the social contact occured from 1980 to early 1990. In this contact, kompolan became an agent of social reproduction. It was a result of power relations between religion elites and kompolan members causing a symbolic violance. Hence, kompolan took control on conserving and disseminating in symbolic form.
Key words:
kompolan, nyai, and klebun
Kompolan merupakan bagian tradisi keagamaan yang diisi dengan aktivitas spiritualitas dan ritualitas keagamaan. Aktivitas kompolan ini menjadi media penting bagi transformasi nilai-nilai agama di masyarakat. Aktivitas ini berkembang pesat dan mengakar kuat pada masyarakat Madura, terutama di daerah pedesaan. Sebagai bagian dari realitas sosial keagamaan kompolan pada masyarakat Madura dapat menjadi bagian penting dari legitimasi, justifikasi dan ideologisasi eksistensi keberagamaan mereka. Tulisan ini merupakan ringkasan riset yang dilakukan awal tahun 2000-an di Desa Madu Songennep. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan secara historis kompolan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial yang terjadi pada tahun 1980-sampai awal 1990. Kompolan dalam konteks ini dijadikan agen yang mereproduksi sosial. Kompolan sebagai agen reproduksi sosial ini dimaknai sebagai hasil dari relasi keuasaan yang terjadi antar aktor yaitu relasi antara elite agama dengan peserta kompolan yang dalam prosesnya telah menimbulkan kekerasan simbolik dan kompolan mengambil peran dalam melestarikan bahkan menyebarluaskan dalam bentuk yang simbolik.
Kata kunci:
kompolan, nyai, dan klebun
Abstract:
Kompolan (gathering) becomes a part of religious tradition. It concerns the activity of religious spirituality and rituality. The activities in kompolan are the core media to transform the religious values of society. They are rapdily developed and stronly rooted into Madurese society, particularly in rural area. As a part of religious social reality , kompolan takes important role of legimitation, justification, and idiologization of Madurese people existance. This article higlights the study done at Madu village, Songennep (Sumenep) in 2000. The inertviewees are the member of kompolanand the leader (nyai). It results a finding that historically kompolan cannot be seperated from the social contact occured from 1980 to early 1990. In this contact, kompolan became an agent of social reproduction. It was a result of power relations between religion elites and kompolan members causing a symbolic violance. Hence, kompolan took control on conserving and disseminating in symbolic form.
Key words:
kompolan, nyai, and klebun
Downloads
Download data is not yet available.
Published
2012-02-16
How to Cite
Hidayati, Tatik. 2012. “KOMPOLAN: KONTESTASI TRADISI PEREMPUAN MADURA”. KARSA Journal of Social and Islamic Culture 19 (2), 146-66. https://doi.org/10.19105/karsa.v19i2.63.
Section
Original Articles
The journal operates an Open Access policy under a Creative Commons Non-Commercial Share-Alike license. Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.