Kajian ‘Urf pada Tradisi Rompak Paga Di Luhak Lima Puluh Kota Sumatera Barat

  • salma Salma Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Padang Jalan Mahmud Yunus Nomor 1 Lubuk Lintah Padang Sumatera Barat
  • Burhanuddin Burhanuddin Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Jl. Prof. Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang
Abstract views: 706 , PDF (Bahasa Indonesia) downloads: 521

Abstract

Masyarakat matrilineal Minangkabau adalah komunitas Muslim yang unik di Sumatera Barat. Islam yang kebanyakannya mengusung ide patrilineal bertemu/berhadapan dengan adat Minang yang mengusung ide matrilineal. Pada awal abad ke-19, para peneliti telah memprediksi bahwa komunitas masyarakat matrilineal Minangkabau akan mengalami perubahan mendasar dan bahkan ada yang mengatakan punah seiring perkembangan zaman. Setelah hampir satu abad berlalu, masyarakat matrilineal Minangkabau, meskipun mengalami perubahan dan pergeseran tetapi komunitas itu masih tetap ada di tengah masyarakat dalam tradisi-tradisi matriarkhal yang hidup dan terus berkembang seperti tradisi rompak paga di Luhak Lima Puluh Kota. Dalam tradisi ini, setiap laki-laki dari luar nagari atau luhak yang ingin menikahi perempuan di Luhak Lima Puluh Kota harus membayar sejumlah uang, emas atau benda berharga lain kepada ninik mamak perempuan atas nama adat. Pada satu sisi, adat rompak paga dilaksanakan untuk memelihara eksistensi kuasa/ kewenangan mamak terhadap kemenakan perempuannya di samping mengukuhkan identitas lelaki pendatang di dalam keluarga besar calon isterinya. Pada sisi lain, ‘urf memandang rompak paga itu sebagai tradisi yang hidup dan tidak menyalahi ketentuan syari’at, logis, telah berlangsung sangat lama dan terus-menerus, serta dipraktekkan oleh umumnya masyarakat Luhak Lima Puluh Kota.

(The people of matriliny Minangkabau is an unique Muslim community in West Sumatera. Islam carrying the idea of patriliny is facing with Minangkabau custom carrying the idea of matriliny. In the earlier of 19 century, many researchers have predicted that the community of matriliny Minangkabau would be basically changed and even being extinct pass through the new era. More than ten decades passed away, the community of matriliny Minangkabau, although had been changing in several way but still going forward and keeping the traditions of matriarchal which are living and growing such as tradition of rompak paga in Luhak Lima Puluh Kota. In the tradition, every man who comes from out of the nagari or Luhak Lima Puluh Kota and wants to marry a woman in the Luhak has to pay some money, gold or other property to ninik mamak (leader of the clan) of the woman in the name of adat (custom). The tradition of rompak paga is applying to keep the existence of ninik mamak authority to his nieces, beside to strengthen the identity of outsider to the big family of the bride. On the other hand, ‘urf appraised the tradition of rompak paga as a living tradition and not be in contradiction with Islamic sharia, logic and on going continually)

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

salma Salma, Fakultas Syari'ah IAIN Imam Bonjol Padang Jalan Mahmud Yunus Nomor 1 Lubuk Lintah Padang Sumatera Barat
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Jl. Prof. Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang
Burhanuddin Burhanuddin, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Jl. Prof. Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Jl. Prof. Mahmud Yunus Lubuk Lintah Padang

References

Azmi, Ulfa Ufi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Pisuka Pada Perkawinan Adat Masyarakat Muslim Suku Sasak Di Kelurahan Ampenan Tengah Lombok Barat, Thesis, UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Chuzaifah, Yuniyanti, “Dekonstruksi Makna Kuasa dalam Matriarchy”, Studia Islamika, Vol. 9, Nomor 2, 2002.

Evers, Hans Dieter, “Changing Patterns of Minangkabau Urban Land-Ownership”, Bijdragen tot de Taal, Vol. 131, Nomor 1, 1975.

Ilman, Muhammad, ”Tradisi Pembayaran Uang Pelangkah dalam Perkawinan (Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang,” Skripsi, UIN Jakarta, 2016.

Iqbal, Moh., “Tinjauan Hukum Islam Tentang Uang Panaik (Uang Belanja) Dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makassar Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar,” Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012.

Kahn, J.S., “Tradition”, Matriliny and Change among the Minangkabau of Indonesia”, Bijdragen tot de Taal, Vol. 132, No. 1, 1976.

Maimun, Ach, “Memperkuat ‘Urf dalam Pengembangan Hukum Islam,” al-Ihkam, Vol. 12, No. 1, 2017.

Nur, Sri Susyanti dan Abrar Saleng, “Aspek Sosioyuridis Lahan Budidaya Rumput Laut Sebagai Mahar Perkawinan di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan,” Prosiding Akuakultur Indonesia, 2013.

Pardosi, Jhonson, ”Makna Simbolik Umpasa, Sinamot dan Ulos Pada Adat Perkawinan Batak Toba,” Logat Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, Volume IV, Nomor 2, Oktober 2008.

Sugianto, Bambang, “Kualitas dan Kuantitas Mahar dalam Perkawinan (Kasus Wanita yang Menyerahkan Diri kepada Nabi SAW,” Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Volume 45, Nomor II, Juli-Desember 2011.

Tanner, Nancy Makepiece, “The Nuclear Family in Minangkabau Matriliny: The Mirror of Disputes”, Bijdragen tot de Taal, Vol. 138, Nomor 1, 1982.

Wekke, Ismail Suardi, “Islam dan Adat dalam Pernikahan Masyarakat Bugis di Papua Barat,” Thaqafiyyat, Volume 13, Nomor 2, Desember 2012.

Yelepele dan Moh. Hefni, “Perkawinan Adat Muslim Suku Dani di Papua, al-Ihkam, Vol. 7, No.1, 2012.

Berita Acara Rapat Koordinasi antara Pemerintahan Nagari dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Nagari Batu Balang Tanggal 03 Februari 2015.

Dokumen Kantor Urusan Agama (KUA) tentang Edaran Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lima Puluh Kota Tentang Antisipasi Gerakan LGBT di Sumatera Barat.

Peraturan Adat Salingka Nagari Di Lingkungan Kerapatan Adat Nagari (KAN) Kenagarian Sungai Baringin Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota.

Peraturan Nagari Durian Gadang Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Pungutan Nagari.

Perubahan Peraturan Nagari Guguak VII Koto Talago Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Iuaran Jasa Pelayanan Administrasi.

Amran, Rusli, Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

Anwar, Chairul, Hukum Adat Indonesia Meninjau Hukum Adat Minangkabau, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Badan Pusat Statistik, Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2016.

Badan Pusat Statistik, Payakumbuh Dalam Angka, Payakumbuh: BPS Kota Payakumbuh, 2015.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2011.

Jeffrey Hadler, Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Kolonialisme di Minangkabau, Judul asli: Muslim and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism, Penerjemah, Samsudin Berlian, Jakarta: Freedom Institute, 2010.

Hasabullah, Ali, Ushûl al-Tasyrî’ al-Islâmî, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1971.

al-Jawziyyah, Ibnu Qayyim, I’lâm al-Muwaqi’în, Jilid II, Kairo: Dâr al-‘Urûbah, 1998.

al-Kasânî, Ibnu Mas’ûd, Badâi’ al-Shanâi’ fi Tartîb al-Syarâi’, Jilid II, Beirât: Dâr al-Fikr, 2008.

M.S., Amir, Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2003.

Naim, Mochtar, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Nasroen, M, Dasar Falsafah Adat Minangkabau, Jakarta: Pasaman, 1957.

Panuh, Helmy, Pengelolaan Tanah Ulayat Nagari pada Era Desentralisasi Pemerintahan di Sumatera Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Qudâmah, Ibnu, al-Mughnî, Beirût: Dâr al-Fikr, 2011.

Sarakhsî al-. Kitâb al-Mabsûth, Beirût: Dâr al-Fikr, 1999.

Shan’ânî, Muhammad ibn Ismâ’il al-Kahlanî al-. Subul al-Salâm, Beirût: Dâr al-Fikr, 2004.

Suyûthî al-. al-Asybâh wa al-Nazhâir. Beirût: Dâr al-Fikr, 1989.

Syarbinî, Muhammad Khatîb al-. Mughnî al-Muhtâj. Jilid III, Beirût: Dâr al- Fikr, 1997.

Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau, Jakarta: Gunung Agung, 1984.

Syâthibî al-. al-I’tishâm. Beirût: Dâr al-Fikr, 2007.

Syawkânî al-. Nayl al-Awthâr, Kairo: Dar al-Hadis, 2010.

Syirazî, al-Fayruzzabadî al-. al-Muhazzab, Beirût: Muassasah al-Risâlah, 1989.

Taufiq, Sutan M, (red.), Direktori Minangkabau 2012, Batusangkar: Badan Pekerja Pucuak Adat Alam Minangkabau (BP-PAAM) Istano Silinduang Bulan Pagaruyuang–Batusangkar dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Provinsi Sumatera Barat

Zahrah, Abu, al-Ahwâl al-Syakhshiyyah. Beirût: Dâr al-Fikr, 2009.

Zaydan, Abd al-Karim, al-Wajîz fi Ushûl al-Fiqh. Beirût: Muassasah al-Risâlah, 2009.

Zuhaylî, Wahbah al-. Ushûl al-Fiqh al-Islâmî, Beirût: Dâr al-Fikr, 1986.

Published
2018-01-10
Section
Articles