Perkawinan dan Baganyi di Minangkabau: Analisis Sosiologis Kultural dalam Penyelesaian Perselisihan

  • Nofiardi Nofiardi Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi Jl. Paninjauan Garegeh Bukittinggi
Abstract views: 1317 , PDF (Bahasa Indonesia) downloads: 806

Abstract

Perkawinan menurut adat Minang merupakan masalah bersama, hal ini terlihat ketika proses mencari jodoh, penjajakan pertama, peminangan, dan sampai pelaksanaan pesta. Setelah akad nikah, suami dijemput secara adat untuk tinggal di rumah isterinya, meskipun ia bukan orang Minang. Konsekuensi seperti ini, suami ibarat abu di atas tunggul yang mudah terbang ketika angin kencang datang. Ketika terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sulit dicarikan jalan keluar dengan isterinya, maka kemungkinan ia meninggalkan isterinya yang disebut dengan baganyi, dan bila tidak diselesaikan bisa berujung kepada perceraian. Tidak jelasnya status isteri (digantung tidak bertali), kurangnya perhatian terhadap anak, nikah sirri dan isbat nikah merupakan dampak dari baganyi. Idealnya masalah seperti ini tidak terjadi jika fungsi keluarga besar, khususnya ninik-mamak ikut membantu mencarikan solusi, jangan hanya dalam pelaksanaan perkawinan saja yang menjadi urusan bersama, suami baganyi yang bisa berujung kepada perceraian juga menjadi urusan bersama sehingga perceraian tidak terjadi. (Marriage in Minangkabau traditional culture is a substantial way that involved many family members. It can be shown from the undergoing processes; finding the match mate, first family meeting, proposing, till to having the wedding. After the vow, the groom is picked up officially with cultural way to stay in bride’s house even if he is not a Minang poeple. This consequence makes the bride like “abu di ateh tungku” (“ash on stove”; it means, easy to be removed whenever the air comes). Furthermore, if the house in a clash and hard to be solved, it allows him to leave his wife without any divorce statement, that calls baganyi. This way causes new problems like ignoring the kids and secret marriage. This problem is not supposed to be happened if the family, especially ninik mamak has a role not only in the beginning of marriage, but also in helping to solve the household problems when it comes. Therefore, with the full role of ninik mamak in Minangkabau marriage culture not only to unite, but also to keep it together and drive away the obstacles.)

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Nofiardi Nofiardi, Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi Jl. Paninjauan Garegeh Bukittinggi
Fakultas Syariah Jurusan Hukum Keluarga Islam IAIN Bukittinggi Jl. Paninjauan Garegeh Bukittinggi

References

Ariani, Iva. “Nilai Filosofis Budaya Matrilineal di Minangkabau (Relevansinya Bagi Pengembangan Hak-Hak Perempuan di Indonesia”, Jurnal Filsafat, Vol.25, No. 1, (Februari, 2015).

Arifin, Zainal. “Bundo Kanduang: (hanya) Pemimpin di Rumah (Gadang)”. Antropologi Indonesia, volume 34, nomor 2, (Juli, 2013).

Bandaro, N Latief Dt. Etnis dan Adat Minangkabau Permasalahan dan Masa Depannya. Bandung: Angkasa, 2002.

Beckmann, Keebet von Benda. “Forum Shopping and Shopping Forums: Dispute Processing in a Minangkabau Village in West Sumatra”. Journal of Legal Pluralism, (1981).

Fachrina, dan Rinaldi Eka Putra. “Upaya Pencegahan Perceraian Berbasis Keluarga Luas dan Institusi Lokal dalam Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat”. Antropologi Indonesia, volume 34, nomor 2, (Juli, 2013).

Fathudin AW, Syukri. “Problematika Nikah Sirri dan Akibat Hukumnya Bagi Perempuan”. Jurnal Penelitian Humaniora, volume 15, nomor 1, (April, 2010).

Franzia, Elda dkk. “Rumah Gadang as a Symbolic Representation of Minangkabau Ethnic Identity”. Internasional Journal of Social and Humanity, volume 5, nomor 1 (January, 2015).

Graves, Elizabeth E. Asal Usul Elite Minangkabau Modern Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Hadler, Jeffrey. Sengketa Tiada Putus. Jakarta: Freedom Institute, 2010.

Hasan, Firman. Dinamika Masyarakat dan Adat Minangkabau. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1998.

Hariyanto, Erie. “BURGELIJK WETBOEK (Menelusuri Sejarah Hukum Pemberlakuannya Di Indonesia).” Al-Ihkam: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial Vol.4, No. 1 (3 September 2013)

Hazairin. Hendak Ke Mana Hukum Islâm. Jakarta: Tintamas, 1976.

Jamna, Jamaris. Pendidikan Matrilineal. Padang: Pusat Pengkajian Islâm dan Minangkabau, 2004.

Kato, Tyuyoshi. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Kemal, Iskandar. Pemerintahan Nagari Minangkabau dan Perkembangannya Tinjauan Tentang Kerapatan Adat. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Kenedi, Gusril. “Model Konseling Pranikah Berorientasi Pengembangan Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Persiapan Pernikahan Mahasiswa Etnis Minangkabau di IAIN Imâm Bonjol Padang)”. Disertasi doktor, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2005.

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2004.

MS, Amir. Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Citra Harta Prima, 2011.

Muhammad, Bushar. Pokok-Pokok Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1991.

Munir, Misnal. “Sistem Kekerabatan Dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif Aliran Filsafat Strukturalisme Jean Claude Strauss”. Jurnal Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, volume 25, nomor 1 (Februari, 2015).

Naim, Mokhtar. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984.

Nasroen, M. Dasar Falsafah Adat Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang, 1971.

Natin, Sri. “Perubahan Sosial Kedudukan dan Peran Mamak Terhadap Anak dan Kemenakan di Ranah Minang”. Mimbar Hukum, volume 20, nomor 2, (Juni, 2008).

Navis, Ali Akbar. Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Padang: PT Grafika Jaya Sumbar, 2015.

Nizar, Hayati. Bundo Kanduang dalam Kajian Islâm dan Budaya. Padang: Gunatama, 2004.

Piliang, Edison. Budaya dan Hukum Adat di Minangkabau. Bukittinggi: Kristal Multimedia, 2014.

Rohman, Arif. “The Comparison of Power and Authority of Women in China and Minangkabau Societies”, The Internasional Journal of Humanities and Social Studies, (Desember, 2014).

Rozalinda, Nurhasanah. “Persepsi Perempuan di Kota Padang Tentang Perceraian”. Miqot, volume 38, nomor 2, (Juli, 2014).

Soemadiningrat, R Otje Salman. Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer: Telaah Kritis Terhadap Hukum Adat Sebagai Hukum Yang Hidup Dalam Masyarakat. Bandung: PT Alumni, 2002.

Syahrul, Ninawati. “Peran dan Tanggung Jawab Mamak dalam Keluarga: Tinjauan Terhadap Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis”. Metasastra, volume 10, nomor 1, (Juni, 2017).

Tanner, Nancy Makepeace. “The Nuclear Family in Minangkabau Matriliny: The Mirror of Disputes”. In: Bijdragen tot de Taal Land-en Volkenkunde, 138, nomor 1, (1982).

Yusuf, M. “Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Anak”. al-Bayân, volume 20, nomor 29, (Januari, 2014).

Published
2018-07-31
Section
Articles