Taklif of Lunar and Solar Eclipse Prayers According to Fiqh and Scientific Perspective

  • Achmad Mulyadi Mulyadi IAIN MADURA
Abstract views: 303 , PDF downloads: 180

Abstract

The motion of earth, moon and sun result in natural phenomena which people can directly see and tangibly experience. They occur globally yet are experienced locally, such as the phenomenon of solar and lunar eclipses. In Islamic studies discussion, this leads to specific consequence relating to taklif (compulsion) of worship to perform eclipse prayers. Therefore, this study aims to elaborate whether the local eclipse phenomenon could apply the taklif globally. Another question is on when the obligation is urged to Moslem.Using the approach of fiqh and science through descriptive-analytic method, this study finds that in scientific perspective, both solar and lunar eclipses are sunnatullah or natural phenomenon relating to rotation of earth, moon and sun. From the earth, this phenomenon comes in two types of condition. First, it could be both computed and witnessed, while second, it could only computed but not everyone could eye-nakedly witness it. In fact, solar eclipse, for instance, although globally accessible through digital instruments, could be only manually seen in any local and limited area. Therefore, in the fiqh based perspective, the taklif of eclipse prayers only applies based on matlak wilayatul hukm. It is based on the strong belief that hisab indicates the occurrence of eclipse on any certain area in Indonesia and is empirically proved. The taklif, therefore, only applies for those who see the phenomenon, (Pergerakan bumi, bulan dan matahari mengakibatkan terjadi fenomena alam yang dapat dilihat dan dirasakan secara nyata. Fenomena ini bersifat glabal, akan tetapi dirasakannya secara local seperti fenomena gerhana matahari dan bulan. Dalam kajian keislaman, fenomena ini memunculkan akibat khusus yang berkaitan dengan taklif ibadah, yakni salat gerhana matahari dan bulan. Apakah fenomena gerhana yang bersifat lokal tersebut dapat berlaku secara global, dan kapan taklif tersebut terbebankan pada setiap umat muslim? Dengan pendekatan fiqh dan sains secara deskripstif analitis, artikel ini menemukan bahwa dalan perspektif sains, fenomena gerhana matahari dan bulan adalah sunnatullah yang berkaitan dengan rotasi bumi, bulan dan matahari. Bagi penduduk bumi, fenomena ini dapat dialami dalam dua kondisi, yaitu pertama, dikomputasi sekaligus disaksikan, dan kedua dikomputasi, akan tetapi tidak semua semua orang bisa menyaksikan. Karena itu, fenomena gerhana matahari walaupun dapat dikomputasi secara global, akan tetapi hanya dapat disanksikan secara lokal. Dengan demikian, dalam prsepektrif fiqh, taklif ibadah salat gerhana diberlakukan berdasarkan matlak wilayatul hukm, yaitu apabila diyakinkan bahwa secara hisab menunjukkan terjadi gerhana dalam kawasan tertentu di Indonesia dan dapat dibuktikan dengan fenomena empiriknya, maka taklif salat gerhana tersebut hanya berlaku bagi mereka yang menyaksikan fenomena gerhana tersebut.)

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Achmad Mulyadi Mulyadi, IAIN MADURA
Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam

References

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Metode Hisab-Rukyat Praktis, dan Solusi Permasalahannya, Semarang; PT. Pustaka Rizki Putra, 2012

Alimuddin, Gerhana Matahari Perspektif Astronomi, Journal Ad-Daulah, p-ISSN: 2303-050X/e-ISSN: 2580-5797 Vol. 3, No.1, Juni 2014

Hendro Setyanto, Membaca Langit, Jakarta Pusat; al-Ghuraba, 2008.

Masyhar, M.A, dkk (trans), Eksiklopedia Hadits I: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari I, Jakarta: Almahira, 2011.

Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, 2006.

Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1981

Sihabuddin ar-Romli, Nihayatul Muhtaj Ila Syarh al-Minhaj, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tt.

Ibnu Hajar al-Haitamiy, Tuhfatul Muhtaj bi Syarh al-Minhaj, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tt.

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Jakarta: Pustaka Azzam, s.a

A Warson Munawwir. Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1984

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001

Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005.

Suskinan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.

Abd. Salam Nawawi, Rukyat Hisab di Kalangan NU Muhammadiyah: Meredam Konflik dalam Menetapkan Hilal, Surabaya: Diantana, 2004

Imam Abi Zakariya Muhyiddin ibnu Syaraf-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, s.a

Muslim, Sahih Muslim, tnp; al-Qana’ah, s.l

Muh. Rusywan Syarif, Islam Fenomenalis Gerhana Matahari di Indonesia: Studi Budaya ‘Siemme Matanna Essoe’ pada Perempuan Bugis Bone, Proceedings ARICIS, No. 1, 2016: 520-534

Rusydi Sulaiman, Gerhana dan Keharusan Kosmologi Manusia: Tinjauan Filsafat Wujud, Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan, p-ISSN: 2598-8115/e-ISSN: 2614-0217, Vol. 3 No.1 2017

Muslih Husein, Hadis Kuraib Dalam Konsep Rukyatul Hilal, Jurnal Penelitian, p-ISSN: 1826-9903/e-ISSN: 2541-6944, Vol. 13 No. 2 2016

Ibnu Hajar, Fathul Bari, Beirut; Dar al-Fikr, ttp

Abdu ar-Rahman al-Jazari, al- Fiqhu ‘ala al-Mazahibi al-Arba’ah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990

Imam Abi Zakariya Muhyiddin ibnu Syaraf- Nawawi, An al-Majmu’ Syarhu al-Muhazzab, (Bairut: Dar al-Fikr, tt

Abdurrahman bin Muhammad Ba ‘Alawi, Bughyah Al-Mustarsyidin, Beirut: Dar Al-Fikr, 1997.

Ibnu Hajar, Fathul Bari, Beirut; Dar al-Fikr, ttp

Ibnor Azli Ibrahim, Mohd Razlam Ahmad, Mohd Hafiz Safiai, Balai Cerap Astrofiqh Di Malaysia: Kesinambungan Ilmu Falak Syarie dari Asia Barat, International Journal of West Asian Studies EISSN: 2180-4788 Vol 5 no. 2 (pp.35-50) DOI:10.5895/ijwas.2013.09

Hasna Tuddar Putri, Redefinisi Hilal dalam Perspektif Fiqh dan Astronomi, Jurnal al-Ahkam, p-ISSN: 0854-4603/e-ISSN: 2502-3209, Vol. 22, No. 1 April 2012

LPMA dan LIPI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif al-Quran dan Sains, Jakarta: Kemenag RI, 2012

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Depdikbud, 2006

Salam Nawawi, Rukyat Hisab di Kalangan NU-Muhammadiyah, Surabaya; Diantama, 2004

Muhtar Salimi, Visibilitas Minimum: Studi Komparatif Antara Kriteria Deoag dan Astronomi, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 6, no. 1, 2005

Nugroho Eko Atmanto, ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak Vol. 1. No. 1. Tahun 2017 M / 1438 H

Ros Maimunah Haji Yahya Zikri, Cerapan GMT di Palembang, Indonesia, dan Simulasi Menggunakan Perisian Stellarium: Satu Pengalaman, Journal Reflektika, p-ISSN: 2337-6821/e-ISSN: 2580-4006 Vol. 11 No. Augustus 2, 2016

Ruskanda Farid. et.al, Rukyat dengan Teknologi, Upaya Mencari Kesamaan Pandangan tentang Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal, Jakarta: Gema Insani Press, 1994

Syaeful Mujab, Gerhana: Antara Mitos, Sains dan Islam, Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, ISSN: 1907-7172/e-ISSN:2477-5339, vol. 5. No. 1, 2014

Syarifuddin Yusmar, Penanggalan Bugis-Makasar Dalam Penentuan Awal Bulan, Jurnal Hunafa, vol. 5 no. 3, December 2008

T. Djamaluddin, Semesta Pun Bertawaf, Bandung: Mizan, 2018.

Uum Jumsa, Ilmu Falak: Panduan Praktis Menentukan Hilal, Bandung: Humaniora, 2006.

Published
2019-06-30
Section
Articles