RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Menabrak Tafsir Teks, Menakar Realitas)

  • Achmad Mulyadi Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan, Jl. Raya Panglegur km. 04 Pamekasan
Abstract views: 789 , pdf downloads: 858

Abstract

Istilah jender dianggap sebagai diferensiasi pria-wanita.
Perbedaan ini muncul karena realitas budaya yang dibangun
oleh masyarakat. Konsep ini bertentangan dengan seks, yang
membedakan istilah pria-wanita secara biologis. Dengan
demikian, perbedaan seks adalah konstruksi Allah, dan tidak
dapat dikaji kembali. Di sisi lain, perbedaan jender adalah
konstruksi sosial dan dapat dikaji kembali (qâbil li al- niqasy).
Oleh karena itu, konsep relasi pria-wanita selalu
diperdebatkan dalam hal baik dalam studi teks atau dalam
konteks realitas di masyarakat. Artikel ini menguraikan
pembentukan relasi pria-wanita dari perspektif teks,
konstruksi budaya dan hari ini realitasnya. Dalam konteks ini,
banyak tafsiran terhadap teks-teks sumber hukum Islam (al-
Qur`an dan al-Hadits) justru menguatkan budaya patrilineal.
Tradisi yang bias jender ini mengakar kuat dalam masyarakat.
Walaupun demikian, hal yang tidak bisa diingkari adalah
perubahan realitas. Saat ini mulai tampak bahwa peran-peran
yang secara budaya dikonsepsikan untuk laki-laki justru
dilakukan oleh perempuan. Fenomena ini merupakan wujud
perubahan realitas, yang akan memunculkan budaya baru
yang egaliter.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2014-10-14
Section
Articles